Bahan Pembelajaran Bahasa Daerah Kelas 9
Apa
itu aksara Jawa? Aksara Jawa yang dalam hal ini adalah Hanacaraka
(dikenal juga dengan nama Carakan) adalah aksara turunan aksara Brahmi
yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah
berbahasa Jawa, Makasar, Madura, Melayu, Sunda, Bali, dan Sasak. Bentuk
Hanacaraka yang sekarang dipakai sudah tetap sejak masa Kesultanan
Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19.
Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida.
Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling
tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh
aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu
suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara Na yang
mewakili dua huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang
utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”. Dengan demikian, terdapat
penyingkatan cacah huruf dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan
dengan penulisan aksara Latin. Penulisan Aksara Jawa Pada bentuknya
yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung (di bawah garis),
seperti aksara Hindi. Namun pada pengajaran modern menuliskannya di atas
garis. Aksara Hanacaraka memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan
yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf “utama” (aksara murda, ada
yang tidak berpasangan), 8 pasangan huruf utama, lima aksara swara
(huruf vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa
sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda
baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan (pada). 1. Huruf Dasar
(Aksara Nglegena) Aksara Nglegena adalah aksara inti yang terdiri dari
20 suku kata atau biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu: ha, na, ca, ra,
ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga

2.
Huruf Pasangan (Aksara Pasangan) Aksara pasangan dipakai untuk menekan
vokal konsonan di depannya. Misal, untuk menuliskan mangan sega (makan
nasi) akan diperlukan pasangan untuk “se” agar “n” pada mangan tidak
bersuara. Tanpa pasangan “s” tulisan akan terbaca manganasega (makanlah
nasi). Berikut daftar Aksara Pasangan:

3.
Huruf Utama (Aksara Murda) Aksara Murda yang digunakan untuk menuliskan
awal kalimat dan kata yang menunjukkan nama diri, gelar, kota, lembaga,
dan nama-nama lain yang kalau dalam Bahasa Indonesia kita gunakan huruf
besar. Berikut Aksara Murda serta Pasangan Murda:

Sampai
disini sebetulnya sudah bisa langsung dicoba dan biasanya dianggap
sah-sah saja tanpa tambahan aksara-aksara yang lain (seperti kutulis di
bawah). Karena yang berikutnya rada riweuh juga mempelajarinya. 4. Huruf
Vokal Mandiri (Aksara Swara) Aksara swara adalah huruf hidup atau vokal
utama: A, I, U, E, O dalam kalimat. Biasanya digunakan pada awal
kalimat atau untuk nama dengan awalan vokal yang mengharuskan
penggunakan huruf besar.

5.
Huruf vokal tidak mandiri (Sandhangan) Berbeda dengan Aksara Swara,
Sandangan digunakan untuk vokal yang berada di tengah kata, dibedakan
termasuk berdasarkan cara bacanya.

6. Huruf tambahan (Aksara Rekan) Aksara Rekan adalah huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, yaitu: kh, f, dz, gh, z

7. Tanda Baca (Pratandha) Dalam penulisan kalimat dalam Aksara Jawa dibutuhkan pula pembubuhan tanda baca, yang berbeda-beda dalam penggunaannya.

Selain huruf, Aksara Jawa juga punya bilangan (Aksara Wilangan)
